Indonesiaberbagi.id – Menyayangi anak yatim menjadi bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari yang dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW telah mencontohkan hal tersebut denngan senantiasa mencintai dan menyayangi anak yatim. Terlebih bagi anak yang notabene nya masih kecil, bergantung hidup, dan membutuhkan bantuan orang untuk menjalani kehidupannya.
Perihal menyayangi anak yatim, kita dapat melakukan beberapa hal sederhana untuk merealisasikan bentuk kasih sayang kepada mereka. Dalam hal ini, kita dapat memberi bantuan sembako kepada mereka, beasiswa pendidikan, modal wirausaha, dan beberapa hal lain untuk memperbaiki keadaan serta kehidupannya.
Siapakah Anak Yatim Itu?
Siapakah anak yatim itu? Mengutip dari laman republika.id, menurut Prof Dr Hasanuddin AF mengungkapkan bahwa secara etimologis kata yatim adalah serapan dari bahasa Arab yakni yutma-yatama-yatma yang mengandung arti infirad (kesendirian).
Adapun dari sisi struktur bahasa Arab, kata yatim merupakan bentuk isim fa’il yang menunjukan pelaku. Kemudian, dalam bentuknya jamaknya adalah yatama atau aitam. Dalam pengertiannya secara istilah, Prof. Dr Hasanuddin AF mengungkapkan bahwa anak yatim adalah anak di bawah umur yang kehilangan ayah yang pada dasarnya menjadi sosok yang bertanggung jawab membiaya hidup dan pendidikannya.
Dari sisi usia, anak yatim merupakan anak yang belum baligh atau memiliki tanda yang menunjukannya baligh. Ia bisa saja merupakan orang kaya atau sebaliknya merupakan anak miskin. Ia juga bisa saja lelaki dan perempuan.
Islam memiliki perhatian yang besar terhadap anak yatim sehingga umatnya dianjurkan unuk menyayangi anak yatim dan dilarang untuk menghardik serta menerlantarkannya. Dalam Al-Quran sendiri, kata yatim disebutkan sebanyak 23 kali dalam berbagai bentuk perubahan kata.
Anjuran Menyayangi Anak Yatim
Al-Quran mengajarkan kita untuk senantiasa menyayangi anak yatim. Dalam hal ini terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan menyayangi anak yatim diantaranya memperbaiki keadaannya serta memperlakukannya dengan baik (tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mereka).
Seorang yatim, terutama yang berada dalam kondisi sulit (dhuafa) merupakan tanggung jawab kita semua untuk membantu dan memperbaiki keadaannya. Hal itu sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
“Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.” (QS: Al-Baqarah: 220)
Dalam hal ini, memperbaiki keadaan yatim dapat dilakukan dengan cara memberikan santunan kepadanya dalam bentuk makanan pokok kebutuhan sehari-hari, beasiswa pendidikan, serta pembinaan dan motivasi agar mereka senantiasa memiliki tujuan atau masa depan yang cerah.
Beirkutnya, dalam QS. Adh-Dhuha kita dianjurkan agar tidak berlaku sewenang-wenang terhadapa anak yatim. Sebaliknya, kita dianjurkan untuk berlaku lembut dan senantiasa memuliakannya. Allah SWT berfirman dalam QS Adh-Dhuha 7-9 yang berbunyi:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Sahabat, menjadi seorang yatim yang ditinggal sang ayah meninggal bahkan sejak dalam kandungan merupakan sebuah kondisi yang dialami oleh Rasululullah sebelum mendapatkan wahyu dan mengemban tugas dakwah.
Imam Ibnu Katsir dalam penjelasannya menyebutkan bahwa ayat di atas seolah-olah sedang berbicara kepada Rasulullah sebagaimana ia dulu yatim. Dalam kondisi yatim tersebut Allah melindunginya dan dalam kondisi yang serba tidak pasti (bingung) Allah memberinya petunjuk.
Kemudian, beliau dilarang untuk berbuat sewenang-wenang terhadap anak yatim baik dengan cara menghina, merendahkan ataupun menghardiknya. Sebaliknya, beliau dianjurkan untuk berbuat baik dan lembut kepadanya.
Hadits Tentang Menyayangi Anak Yatim
Rasulullah merupakan sosok suri tauladan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk perihal menyayangi anak yatim. Disebutkan bahwa Rasulullah merupakan sosok yang dekat dan sangat menyayangi anak yatim.
Dalam kisah yang diriwayarkan oleh Anas bin Malik, beliau disebut sebagai orang yang sangat menyayangi anak yatim. Suatu ketika, beliau menemui seorang anak yang menangis pada saat pelaksanaan Idul Fitri. Padahal jika dilihat kondisi sekitar, anak-anak seusianya sedang asyik bermain.
Rasulullah pun datang menghampiri anak tersebut seraya bertanya: “Apa yang membuatmu menangis wahai anak?” Anak itu pun menoleh dan menjawab pertanyaan Rasul (dia belum menyadari bahwa orang yang bertanya adalah Rasulullah): ” Doakan aku wahai tuan! Bapakku wafat dalam sebuah peperangan bersama Rasulullah SAW. Ibuku menikah dengan orang lain. Mereka mengambil rumahku dan memakan hartaku. Jadilah aku seperti yang engkau lihat. Telanjang, kelaparan, sedeh dan hina. Ketika hadri Id, aku melihat teman sebayaku bermain, aku jadi bertambah sedih. Lalu aku menangis,”
Mendengar jawaban anak tersebut, Rasulullah pun memberi penawaran berharga kepada si yatim tersebut, “Apakah kamu mau saya jadi bapakmu, Aisyah jadi ibumu, Fatimah jadi saudara perempuanmu, Ali jadi pamanmu, Hasan dan Husain jadi saudara lelakimu?”
Anak tersebut sadar jika lelaki yang sedang bertanya padanya adalah Rasulullah, kemudian ia langsung berkata, “Bagaiman aku tidak mau wahai Rasulullah?” Setelah itu, Rasulullah bersegera mengajak anak tersebut dan membawa ke rumahnya. Anak tersebut disuruh berdiri dan diberi pakaian.
Sahabat, demikianlah ulasan mengenai ayat dan hadits yang menganjurkan kita untuk menyayangi anak yatim, yang mana hal tersebut merupakan perbuatan yang mulia dan semestinya dilakukan untuk meraih pahala kebaikan dari-Nya.
Ketahui apa saja keutamaan menyayangi anak yatim dalam artikel ini ya: Keutamaan Menyayangi Anak Yatim